Jumat, 02 November 2018

Pendidikan Dan Pengajaran


           Pada hari selasa 30 Oktober 2018 di ruang GD 414 Perkuliahan Filsafat Pendidikan membahas tentang pendidikan dan Pengajaran , Dalam dunia pendidikan saat ini sebenarnya arah pendidikan di sekolah lebih condong ke arah pengajaran dari pada ke arah pendidikan itu sendiri hal .tersebut di katakan oleh pak Aniq yang mengutip dari perkataan gurunya . Apalagi melihat fenomena fenomena saat ini semakin  konyol seperti pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid kemudian ada juga yang membela bendera yang bertuliskan kalimat tauhid, hal tersebut yang membuat pak Aniq beranggapan bahwa  sekarang orang kembali sibuk dengan masalah simbol , simbol yang menjadi masalah lama kini menjadi perbincangan hangat kembali hal tersebut sebenarnya hanya sekedar perbedaaan perspektif saja . Memang benar manusia itu di haruskan mengetahui simbol namun simbol tersebut dapat bermakna berbeda jika kita melihat dari perspektif yang  berbeda pula maka kita tidak bisa memaknai simbol tersebut sebagai suatu hal yang mutlak , sebagai contoh lampu kuning dalam rambu rambu lalu lintas , untuk orang yang dari lampu merah ke hijau , tanda lampu kuning tersebut bermakna bersiap siap namun jika rambu tersebut berkedip berwarna kuning itu berarti hati hati . dari sini dapat di simpulkan bahwa sama sama rambu warna kuning namun jika dilihat dalam perspektif yang berbeda akan bermakna beda juga.
           Pak Aniq juga menanyakan sebuah simbol yang mencerminkan diri  sendiri , simbol yang dekat dengan kehidupan saya yaitu simbol lingkaran, dalam perspektif saya dulu menganggap bahwa siklus hidup saya seperti sebuah lingkaran karena entah kenapa perjalanan hidup saya kembali ke keadaan semula dan terjadi berulang ulang . dulu waktu masuk hari pertama entah itu masuk SMP,SMA, dan kuliah saya selalu dilanda sakit kemudian membaik di pertengahan , hal tersebut yang membuat saya takut hal tersebut akan terjadi di masa yang akan mendatang namun sekarang mengapa saya memilih lingkaran karena lingkaran tersebut tidak memiliki ujung dan diharapkan saya tidak pernah puas dengan ilmu yang saya miliki dan akan terus menggali ilmu ilmu baru yang dapat meningkatkan kualitas hidup saya
            Sekarang ini muncul fenomena fenomena baru yaitu anak kecil menyuruh orang tua sebagai contoh , ada sekelompok anak dikelas 4 SD dan dikatakan lah ada anak bernama andy berulang tahun pada hari itu . kemudian andy mengajak teman temannya untuk merayakannya sore itu di rumah andy dan mengatakan bahwa di ulang tahunnya nanti ada makanan dari KFC yang di pesan dari Go Food. pada sore harinya teman temannya sudah berkumpul semua namun makanan yang di janjikan belum juga sampai . beberapa menit kemudian bapak bapak driver Go Food pun datang dengan berlali tergopoh gopoh dan alhasil beberapa makanan pun ada yang jatuh. dengan nada tinggi Andy pun berkata " bagaimana sih pak sudah telat makanannya di jatuhin lagi . kamu tuh gimana sih pak, sudah di tunggu lama tuh sama teman temanku. kalo gini kan aku mau bayar juga gimana " kemudian bapak driver pun berkata " maaf dek tadi antrinya lama " di belakang ada salah satu anak yang sedikit jengkel dengan andy karena ternyata driver Go Food tadi adalah ayahnya . temannya pun mengumpat dalam hati " aku saja sebagai anaknya tidak pernah memarahi ayahku kenapa andy sebagai orang lain malah berani " apakah tradisi tradisi tersebut di ajarkan di sekolah ? lalu apakah hakikat pendidikan sebenarnya
              Setelah itu pak Aniq membahas tentang Hakikat Pendidikan dan Hakikat Pengajaran. banyak yang mengartikan bahwa pendidikan itu sebuah proses mengubah siswa yang semula tidak bisa menjadi bisa dan yang sudah menjadi lebih bisa, padahal hakikat pendidikan yang sebenarnya adalah sebuah laku atau tuntunan dan pola pendidikan itu seharusnya menuntun sedangkan pengajaran adalah memberikan tentang pengetahuannya, memberikan pengetahuan tentang laku itu, memberikan pengetahuan tentang tuntunan itu. oleh karena tugasnya pengajar yaitu memberikan pengetahuannya untuk mencapai pendidikan itu. pendidikan yang sebenarnya adalah laku atau tuntunan itu.oleh karena itu sejatinya pengajaran adalah bagian dari pendidikan itu sendiri





Nama : Dimas Budy Prasetyo

NPM  : 15120474

Kelas  : 7C







Artikel terkait lainnya

14120086 MIA TRISTIANA
15120131 AHMAD HIDAYAT
15120139 DICKRI TIFANI BADI
15120206 PUTRI AMALIAH
15120374 ACHMAD AGUNG PRASETYO

Jumat, 19 Oktober 2018

Manusia Sebagai titah tuhan


       Akal merupakan hal yang misterius , begitu pula hati serta syahwat . kita tidak tau letaknya dan bagaimana bentuknya. hal tersebut yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya begitulah penuturan pak aniq pada hari selasa tanggal 16 oktober 2018 di kelas 7C dalam ruangan GU 414. Selain itu pak Aniq membahas kembali buku dari Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan. Dalam bukunya Ki Hadjar Dewantara menyebutkan Pendidikan itu berdasarkan dengan Kesadaran, hal tersebut merujuk pada artikel sebelumnya mengenai sistem pendidikan harus dapat berdiri , tidak bergantung pada orang lain dan menyadari diri sendiri . Menyadari diri sendiri disini bermakna pendidikan itu harus tau batasan batasan yang di miliki dan dapat menilai diri sendiri apakah mampu atau tidak . 
        Pada era sekarang dunia pendidikan sedang gencar gencarnya mengajarkan sikap toleransi , padahal sikap toleransi sendiri sebenarnya sudah ada sejak zaman kerajaan dulu , dan dalam budaya jawa di sebut dengan Tepo sliro. Sifat tepo sliro sendiri sudah ada pada pada pembuatan candi prambanan dan candi borobudur, candi prambanan sendiri bercorak hindu dan candi borobudur bercorak budha, mereka mampu hidup berdampingan, contoh lain yaitu kereta kencana sebuah peninggalan bersejarah di kerajaan Cireban yang menyatukan 3 unsur agama Hindu , Islam dan Budha. Sebenarnya kita sudah lama belajar tentang toleransi namun kita tidak menyadarinya, dan baru di soroti saat teori teori mulai bermunculan.
       Dalam buku Ki Hadjar dewantara juga menyebutkan bahwa " Manusia itu sebagai titah Tuhan ", Pak Aniq menjelaskan maksud dari titah tersebut dengan " Segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia itu bersember dari Tuhan , Dari awal manusia di ciptakan oleh tuhan agar manusia dapat menyebarkan Kuasa Tuhan, Manusia di beri akal untuk mengolah ilmu Ilahi yang telah di berikan Tuhan agar kita dapat mengolah alam semesta beserta isinya yang melimpah ini sehingga manusia tau bahwa Tuhan Maha segalanya " dari situ saya menyimpulkan bahwa Tuhan mencipakan manusia dengan akal guna menyerap ilmu Ilahi yang nantinya menghasilkan realita realita yang dapat memperlihatkan Kuasa Tuhan,
         Dan dalam kegiatan Pendidikan , sebagi guru kita harus bisa mencontoh sifat sifat Tuhan dan mengenal Asma' atau realitas dan menjalankan tindakan tindakan yang mencerminkan sifat dan asma' tersebut , sebagai contoh Tuhan memiliki sifat sayang berarti asma' nya penyayang dan sebagai guru kita harus bertindak sebagai penyayang. 


Nama : Dimas Budy Prasetyo

NPM  : 15120474

Kelas  : 7C







Artikel terkait lainnya

14120086 MIA TRISTIANA
15120131 AHMAD HIDAYAT
15120139 DICKRI TIFANI BADI
15120206 PUTRI AMALIAH
15120374 ACHMAD AGUNG PRASETYO

Jumat, 05 Oktober 2018

Reportase ke 2 FILSAFAT MENURUT KI HADJAR DEWANTARA


        Perkuliahan pada selasa 2 oktober 2018 di kelas 7C membahas tentang filsafat pendidikan dari KI HADJAR DEWANTARA . Sekian banyak para ahli yang mengartikan filsafat pendidikan namun pak Aniq lebih setuju dengan filsafat yang di kemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara . dan menurut penjelasan pak aniq Indonesia merupakan sebuah bangsa yang lupa . Bangsa yang lupa yaitu bangsa yang bisa dikatakan melupakan atau dilupakan, melupakan disini dalam konteks prinsip pendidikan yang sudah ada yaitu prinsip dari Ki hadjar Dewantara, prinsip yang sudah di sesuaikan dengan kondisi dan latar pendidikan di Indonesia namun kenapa prinsip itu malah di anggap kuno sehingga tidak di gunakan kembali bahkan negara Finlandia sendiri menjadi negara dengan pendidikan terbaik karena mengikuti prinsip pendidikan Ki Hadjar Dewantara, hal tersebut di liput dalam webite liputan 6 . hal tersebut seharusnya menjadi sebuah tamparan keras bagi pendidikan di Indonesia agar Indonesia lebih maju lagi, negara lain saja bisa kenapa kita sebagai negara yang di tempati Ki Hadjar Dewantara tidak bisa,
       Pak Aniq juga menyampaikan sedikit tentang buku dari Ki Hadjar Dewantara jilid pertama yang berjudul Pendidikan , buku tersebut berisi 8 BAB , yaitu
BAB I      Pendidikan Nasional
BAB II     Politik Pendidikan
BAB III   Pendidikan Kanak Kanak
BAB IV   Pendidikan Kesenian
BAB V    Pendidikan Keluarga
BAB VI   Pendidikan Ilmu Jiwa
BAB VII  Pendidikan Ilmu Adab
BAB VIII Pendidikan Bahasa
pada bab I Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa " Dalam pendidikan berawal dari rasa kemerdekaan " Kemerdekaan sendiri memiliki 2 arti bisa dikatakan Freedom atau independent , namun disini pak Aniq lebih cenderung ke freedom , kenapa ? Karena menurut  pak Aniq Freedom yaitu bebas namun memahami batasannya dan menurut penuturan beliau independent sendiri merupakan bagian dari freedom. Ki Hadjar dewantara menyebutkan pada bukunya adapun untuk membentuk sebuah sistem pendidikan nasional harus bisa
1. Berdiri sendiri
2. Tidak bergantung pada orang lain
3. Dapat memahami diri sendiri
bisa dikatakan bahwa agar dapat menjadi sistem pendidikan nasional yang baik kita harus bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain serta harus bisa memahami individu masing masing, maksud dari tanpa bantuan orang lain bukan berarti akan menjadi individualis namun tidak terlalu bergantung pada bantuan orang lain. Selain itu semua , satu hal yang penting yaitu pengajaran harus selaras dengan kehidupan bangsa hal tersebut merupakan sebuah kunci hubungan pendidikan dengan kebangsaan.


Nama : Dimas Budy Prasetyo

NPM  : 15120474

Kelas  : 7C







Artikel terkait lainnya

14120086 MIA TRISTIANA
15120131 AHMAD HIDAYAT
15120139 DICKRI TIFANI BADI
15120206 PUTRI AMALIAH
15120374 ACHMAD AGUNG PRASETYO

Jumat, 28 September 2018

Reportase Filsafat Pendidikan


Menurut penuturan dari Pak Aniq pada hari selasa tanggal 25 september 2018 saya akan menyampaikan sedikit reportase tentang asal ilmu dan formulanya . Menurut pemaparan ilmu pertama kali berkembang pada zaman nabi Adam yaitu oleh Hawa . Ilmu dari Sang Pencipta ini menghasilkan realita realita dalam kehidupan dan kemudian realita realita itu di olah Manusia dengan akal. Allah menciptakan manusia dengan akal agar ilmu dari Sang pencipta dapat di serap dan di amalkan menjadi ilmu ilmu baru yang kemudian menghasilkan realita realita baru dan begitu seterusnya. Akal lah yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Banyak yang menganggap bahwa manusia yang berkekurangan tidak dapat menjadi orang yang sukses . namun Stephen Hawkin membuktikan bahwa dengan keterbelakangan fisik tidak membuat ia lemah, Dia menjadi fisikawan terkenal bahkan mengalahkan orang normal lainnya. Itulah kenapa akal sangat penting bukan masalah fisik. Nyatanya banyak yang memiliki fisik lengkap namun akalnya mati, sebagai contoh baru baru ada pengeroyokan suporter yang berujung kematian. Sebenarnya hal tersebut tidak perlu terjadi, bersikap kompetitif boleh namun gunakan akal yang sehat masih banyak hal hal lain yang bisa dilakukan contohnya bersaing dalam hal kekompakan yel yel (chant) . hal tersebut lebih positif bahkan dapat berujung peningkatan kreativitas suporter ,

        Sesuai dengan formula ilmu dari Sang Pencipta , ilmu menghasilkan realita realita kehidupan dan kemudian dengan akal sehat kita olah realita realita tersebut menjadi ilmu yang bermanfaat dan kemudian kita ciptakan realita realita baru yang lebih bermakna. Sekian reportase singkat dari saya salah salah kata saya mohon maaf



Nama : Dimas Budy Prasetyo

NPM  : 15120474

Kelas  : 7C







Artikel terkait lainnya

14120086 MIA TRISTIANA
15120131 AHMAD HIDAYAT
15120139 DICKRI TIFANI BADI
15120206 PUTRI AMALIAH
15120374 ACHMAD AGUNG PRASETYO

Selasa, 31 Oktober 2017

Musikalisasi Puisi Cermin Retak Seribu PGSD FIP UPGRIS 2017 Kelomp...






Kali ini akan membahas tentang sebuah puisi dari Mustofa W. Hasyim yang berjudul cermin pecah seribu



Lirik Puisi



Cermin Retak Seribu
A
Mustofa W. Hasyim


Pernahkah engkau merasa hari-hari
berubah menjadi cakrawala?
sunyi menancapkan tiang-tiang,
bendera membisu
jamur membusukkan percakapan
bisikan dan siul pergaulan.

Di rumah-rumah kampung dan desa
cermin diretakkan kecemasan
yang disembunyikan dalam tawa
dan canda cabul tak mengenal harga.

Benarah masih ada republik dan negara
ketika pasar bingung
menghanguskan impian
menghajar langkah-langkah bayi?

Ini sudah melewati masa tangis dan luka
mengharap pada lagu
pengembara waktu
melepaskan panah-panah bercahaya:
senyuman

Puisi tersebut menceritakan mengenai kehidupan rakyat Indonesia. Dimana mereka sudah merdeka. Namun, masih merasa hidup mereka bagai masih dijajah. Kehidupan mereka dihancurkan oleh bangsa sendiri, harapan-harapan generasi merekapun hilang. Banyak kecemasan yang di sembunyikan dalam tiap tawa Kini mereka hanya berharap pada lagu. Berusaha kuat dengan terus memberikan senyuman.
puisi ini kami over menjadi musikalisasi puisi dengan sentuhan instrumen gitar, ember pengganti drum dan botol berisi beras. Pada bait pertama kami mengalunkan puisi tersebut melalui keheningan dengan tempo yang pelan sebagai awal cerita agar maknanya tersampaikan. Sampai pada kata ‘membisu’ kami berhenti menyanyikan puisi untuk memperlihtkan bahwa saat itu keadaan rakyat benar-benar membisu. Bait kedua, puisi dibacakan agar memperjelas keadaan rakyat saat itu. Pada bait ketiga, tempo kami percepat untuk menggambarkan rakyat yang marah dengan keadaan bangsa saat itu. Pada bait keempat kami sampaikan untuk menggambarkan bahwa dalam keadaan seburuk apapun rakyat Indonesia masih memiliki harapan, masih dapat tersenyum untuk menjemput masa depan.